Muan, Korea Selatan – Suara sirine memenuhi Bandara Internasional Muan pada Minggu pagi (29/12/2024), menyusul tragedi memilukan yang melibatkan pesawat Jeju Air Boeing 737-800. Pesawat yang lepas landas dari Bangkok ini jatuh dengan keras saat hendak mendarat, menewaskan sebagian besar penumpangnya. Dengan 120 korban ditemukan tak bernyawa dan 59 lainnya masih dinyatakan hilang, kejadian ini menjadi salah satu kecelakaan udara paling tragis dalam sejarah penerbangan Korea Selatan.
Apa yang sebenarnya terjadi pada penerbangan Flight 7C 2216?
Detik-Detik Kecelakaan: Mendarat Tanpa Roda hingga Tabrak Tembok
Menurut laporan saksi mata dan rekaman video yang beredar, pesawat tersebut kehilangan kendali saat menyentuh landasan pacu. Sistem roda pendaratan dilaporkan tidak berfungsi, membuat pesawat mendarat langsung dengan badan utamanya. Dalam upaya mengurangi dampak, pilot berusaha keras mempertahankan keseimbangan, namun naas, pesawat akhirnya menabrak tembok pembatas bandara dengan kecepatan tinggi.
Api segera melalap bagian depan pesawat, menghalangi upaya penumpang dan awak kabin untuk menyelamatkan diri. Tim pemadam kebakaran yang dikerahkan ke lokasi menemukan sisa-sisa pesawat dalam kondisi mengenaskan.
Spesifikasi Boeing 737-800: Di Balik Teknologi yang Tangguh
Boeing 737-800 adalah pesawat yang dikenal tangguh dan banyak digunakan maskapai di seluruh dunia. Pesawat ini biasanya dikonfigurasi dalam dua versi:
- Ekonomi penuh dengan kapasitas hingga 189 kursi.
- Kombinasi kelas bisnis dan ekonomi, yaitu 12 kursi bisnis dan 162 kursi ekonomi.
Pesawat yang jatuh diduga menggunakan konfigurasi kelas ekonomi penuh, mengingat jumlah penumpang mencapai 175 orang, belum termasuk awak kabin.
Dimensi pesawat ini:
- Panjang: 39,8 meter.
- Lebar sayap: 35,8 meter.
- Tinggi: 12,5 meter.
- Mesin: CFM-565 dengan daya dorong hingga 34.000 lbf.
Namun, kecelakaan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keandalan sistem roda pendaratan dan perawatan pesawat yang seharusnya mencegah tragedi seperti ini.
Korban Jiwa dan Penumpang: Cerita di Balik Angka
Dari 175 penumpang, mayoritas adalah warga Korea Selatan yang baru kembali dari liburan Natal di Thailand, menjadikan kecelakaan ini semakin memilukan. Hingga kini, jumlah korban meninggal mencapai 120 orang, dengan rincian:
- 54 pria,
- 57 wanita, dan
- 9 korban yang belum dapat diidentifikasi.
Sebanyak 59 orang masih hilang, sementara tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menemukan mereka di tengah reruntuhan dan suhu dingin.
Tragedi yang Menggemparkan Dunia
Insiden ini tidak hanya menyisakan duka bagi keluarga korban, tetapi juga memicu gelombang pertanyaan dari komunitas internasional. Apakah prosedur keselamatan bandara sudah memadai? Bagaimana kondisi pesawat sebelum lepas landas? Dan yang paling penting, apakah kecelakaan ini sebenarnya dapat dicegah?
Jeju Air dan Boeing telah berjanji untuk bekerja sama penuh dalam investigasi ini. Para ahli keselamatan penerbangan mengatakan bahwa hasil penyelidikan ini dapat menjadi titik balik dalam kebijakan keselamatan udara, tidak hanya di Korea Selatan, tetapi juga secara global.
Di Balik Statistik, Ada Kehidupan yang Hilang
Tragedi ini bukan sekadar tentang angka atau spesifikasi pesawat. Ini adalah cerita tentang keluarga yang kehilangan orang tercinta, perjalanan yang tidak pernah sampai ke tujuan, dan mimpi yang terputus di langit.
Saat dunia menantikan jawaban atas tragedi ini, satu hal yang pasti: kehilangan ini tidak akan pernah tergantikan. Semoga semua keluarga korban diberikan kekuatan menghadapi cobaan berat ini.