Jakarta, 16 September 2025 — Setelah hampir sembilan bulan dipenuhi ketegangan diplomatik, masa depan TikTok di Amerika Serikat akhirnya menemui titik terang. Pemerintah AS dan China mengumumkan telah menyetujui sebuah kesepakatan kerangka atau framework deal yang akan mengubah peta kepemilikan aplikasi video pendek paling populer itu.
Sejak awal 2025, TikTok berada dalam ancaman pelarangan permanen di AS. ByteDance, perusahaan induk TikTok asal China, diwajibkan melepaskan kendali aplikasinya berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional yang ditandatangani Presiden Joe Biden tahun lalu. Undang-undang itu menegaskan bahwa aplikasi asing yang dikuasai negara pesaing dianggap berpotensi membahayakan keamanan nasional.
Donald Trump yang kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu meneruskan aturan itu, namun ia memberi sejumlah perpanjangan. TikTok sempat diblokir sehari setelah pelantikan Trump pada 20 Januari, kemudian diizinkan kembali dengan catatan proses divestasi berjalan. Tenggat sudah tiga kali diperpanjang, hingga akhirnya batas akhir yang mestinya jatuh 17 September, kini berubah arah setelah kesepakatan diumumkan.
Isi Kesepakatan
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menjelaskan bahwa kesepakatan kerangka ini membuka jalan bagi TikTok untuk beroperasi di AS dengan struktur kepemilikan baru. Kendali aplikasi di Amerika akan beralih ke pihak perusahaan AS. Ia menolak menjelaskan detail komersial, namun memastikan syarat-syarat utama telah disetujui.
Isu paling krusial adalah algoritma dan data pengguna. Dari sisi China, pejabat Wang Jingtao mengatakan kedua negara menyetujui adanya lisensi untuk penggunaan hak kekayaan intelektual TikTok, termasuk algoritmanya. Hal ini berarti algoritma tidak sepenuhnya dilepas, tetapi digunakan dengan izin dan perlindungan hukum.
Kesepakatan juga mengatur bahwa mitra di AS akan memegang kendali atas data pengguna serta sistem keamanan konten lokal. Dengan begitu, AS mendapatkan jaminan bahwa data warganya tidak mudah diakses pihak luar, sementara China tetap bisa menjaga aspek budaya dan ciri khas TikTok yang dianggap sebagai bagian dari soft power.
Trump dan Xi Akan Resmikan
Meski kesepakatan kerangka ini sudah disampaikan ke publik, tahap finalisasi belum selesai. Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan berbicara melalui sambungan telepon akhir pekan ini untuk mengesahkan detail akhir.
Trump sendiri memberi sinyal positif. Melalui akun Truth Social, ia menulis bahwa kesepakatan ini akan menyelamatkan aplikasi yang “sangat disukai anak muda Amerika” dan membuat mereka “senang karena tetap bisa menggunakan TikTok.”
Tahap berikutnya adalah memilih perusahaan AS yang akan mengambil alih kepemilikan resmi. Nama-nama perusahaan teknologi besar disebut-sebut sudah melakukan pendekatan, dan keputusan akhir kemungkinan besar melibatkan persetujuan Kongres.
Jejak Panjang Drama TikTok
Kontroversi TikTok di Amerika bukan cerita baru. Sejak beberapa tahun lalu, para anggota parlemen dan badan intelijen sudah menyoroti risiko keamanan data. Hukum di China memungkinkan pemerintah setempat meminta akses data dari perusahaan domestik, dan hal ini dianggap ancaman besar oleh Washington.
TikTok juga dikritik karena algoritmanya yang dianggap sangat kuat dalam membentuk opini publik. Beberapa pejabat menyebut algoritma itu bisa dijadikan alat propaganda asing. Kekhawatiran ini memuncak pada masa pemerintahan Biden, ketika Kongres meloloskan undang-undang “Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act.”
Sejak saat itu, ByteDance menghadapi tekanan besar. TikTok sempat diblokir, ditarik dari App Store dan Play Store, lalu kembali hidup berkat perpanjangan demi perpanjangan yang diberikan Trump. Popularitas aplikasi ini menjadi faktor kunci. Dengan lebih dari 170 juta pengguna aktif di AS, TikTok dianggap terlalu besar untuk sekadar ditutup begitu saja. Bahkan Trump sendiri memiliki lebih dari 15 juta pengikut di platform tersebut.
Apa Selanjutnya
Dengan kesepakatan kerangka yang telah diumumkan, jalan menuju penyelesaian sudah terbuka. Namun prosesnya tidak akan instan. Finalisasi perjanjian, pemilihan mitra lokal, serta persetujuan Kongres masih menjadi pekerjaan rumah. Jika semua berjalan mulus, TikTok akan terus beroperasi di AS dengan pengelolaan baru yang berbasis di Amerika.
Kesepakatan ini bukan hanya soal bisnis, melainkan juga simbol hubungan politik. AS ingin memastikan keamanan nasionalnya, sementara China tetap berusaha mempertahankan pengaruh budayanya melalui platform global. TikTok pun kini berdiri di persimpangan sejarah, menjadi bukti bagaimana teknologi, politik, dan diplomasi saling berkelindan di era digital.