Kenapa Worldcoin Diblokir di Indonesia? Ini Penjelasan Lengkapnya

Apa itu World Coin / World ID

Penulis: PixelScribe | 6 Mei 2025

Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) resmi memblokir layanan Worldcoin, termasuk aplikasi World App dan situs worldcoin.org. Pemblokiran ini dilakukan pada awal Mei 2025 dan langsung bikin heboh di media sosial.

Buat kamu yang belum tahu: Worldcoin itu apa sih? Kenapa sampai diblokir? Dan apakah kita perlu khawatir soal teknologi yang mereka pakai? Yuk, kita bahas dari awal!


Apa Itu Worldcoin?

Worldcoin adalah proyek yang menggabungkan teknologi blockchain, identitas digital, dan biometrik. Proyek ini diluncurkan oleh Sam Altman, CEO-nya OpenAI, lewat perusahaan bernama Tools for Humanity.

Konsepnya cukup ambisius:

“Satu orang, satu identitas digital yang aman, unik, dan bisa digunakan di seluruh dunia.”

Untuk mencapai ini, Worldcoin menggunakan alat bernama Orb, sebuah bola logam yang memindai iris mata kamu untuk membuat World ID. Dengan World ID, kamu bisa mengakses World App, yaitu dompet digital yang bisa menyimpan kripto, termasuk token $WLD.


Kenapa Kominfo Blokir Worldcoin?

Indonesia punya alasan kuat. Kominfo menyebut Worldcoin:

  1. Tidak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia, padahal itu wajib hukumnya.
  2. Mengumpulkan data biometrik (iris mata) yang tergolong data pribadi sangat sensitif, tapi belum jelas bagaimana data itu disimpan dan diamankan.
  3. Menimbulkan risiko keamanan dan privasi, karena iris mata tidak bisa diganti kalau bocor seperti password.

Langkah ini juga hasil rekomendasi dari BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), yang melihat potensi risiko kebocoran dan penyalahgunaan data.


Negara Lain Juga Waspada

Indonesia bukan satu-satunya negara yang waspada terhadap Worldcoin. Beberapa negara lain juga sudah ambil langkah serupa:

  • Kenya: Menyita alat Orb, menghentikan semua aktivitas Worldcoin.
  • Prancis & Jerman: Sedang melakukan investigasi terhadap kebijakan datanya.
  • Argentina: Melakukan audit atas operasional Worldcoin di negaranya.

Jadi, ini bukan cuma soal “Indonesia anti-teknologi”—tapi soal kedaulatan data dan perlindungan warga negara.


Apa yang Jadi Masalah Besar?

Masalah utama dari Worldcoin adalah:

  • Kamu harus kasih data iris mata demi akses layanan dan iming-iming token gratis.
  • Belum jelas bagaimana data disimpan, di mana servernya, siapa yang punya akses.
  • Tidak ada jaminan kamu bisa menghapus data kamu kapan saja.

Dan ini semua bertentangan dengan UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) di Indonesia yang berlaku sejak Oktober 2022.

Sekali iris matamu dipindai dan datanya bocor, itu gak bisa “reset password”.


Visi Mulia, Eksekusi Bermasalah?

Visi Worldcoin sebenarnya bagus: memverifikasi manusia di era AI, mendorong inklusi keuangan, bahkan ada wacana UBI (Universal Basic Income). Tapi, eksekusinya banyak dikritik:

  • Distribusi alat Orb yang terbatas dan tidak merata.
  • Kebanyakan targetnya justru negara berkembang, di mana masyarakat lebih rentan “dibeli datanya” dengan uang kecil atau token.
  • Proses edukasi dan transparansi kurang.

Apa Maknanya Buat Kita?

Teknologi seperti biometrik dan identitas digital akan jadi bagian dari masa depan. Tapi kita harus tahu: teknologi tanpa regulasi dan etika bisa berbahaya. Bayangkan, iris mata kamu jadi aset perusahaan global tanpa kamu tahu dipakai buat apa.

Langkah Kominfo adalah sinyal penting: kita bukan menolak teknologi, tapi ingin teknologi yang transparan, aman, dan menghormati privasi warga negara.


Kesimpulan: Waspada Itu Perlu

Worldcoin bukan satu-satunya proyek yang menawarkan identitas digital global, tapi ini jadi pengingat penting bahwa kita harus punya kontrol atas data kita sendiri.

  • Jangan asal scan biometrik demi iming-iming token kripto.
  • Tanyakan: datanya ke mana? Disimpan di mana? Siapa yang pegang?
  • Kalau gak ada jawaban yang jelas, lebih baik tahan dulu.

Indonesia sedang belajar dan bergerak menuju era digital, tapi harus dengan aturan yang kuat. Identitas digital adalah masa depan—tapi masa depan yang aman, bukan masa depan yang berisiko.


Kalau kamu tertarik bahas lebih lanjut soal teknologi biometrik, data pribadi, atau masa depan identitas digital, tunggu artikel selanjutnya dari PixelScribe.

Exit mobile version