Latar Belakang Persidangan
Pada 13 November 2025, mantan Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, hadir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi mengenai pengelolaan minyak mentah dan produk kilang. Kasus ini melibatkan beberapa terdakwa, termasuk Riva Siahaan, Maya Kusmaya, dan Edward Corne, yang sebelumnya menjabat di berbagai posisi strategis dalam Pertamina Patra Niaga.
Keterlibatan Nicke di pengadilan menjadi sorotan utama karena posisinya yang sangat penting dalam manajemen Pertamina. Banyak yang berharap bahwa keterangannya akan memberikan penjelasan yang lebih dalam tentang keputusan-keputusan yang diambil selama dia menjabat dan bagaimana pengelolaan tersebut berkontribusi pada masalah yang kini dihadapi perusahaan.
Momen Masuk Ruang Sidang
Nicke memasuki ruang sidang dengan percaya diri. Dia mengenakan busana formal berwarna putih dan memegang berkas dokumen yang berjudul “Berita Acara Pemeriksaan Saksi”. Sekitar pukul 12.45, saat persidangan belum dimulai, Nicke mengambil tempatnya dan menyiapkan diri untuk memberikan kesaksian.
“Saya di sini untuk menceritakan apa yang terjadi selama masa jabatan saya dan memberikan klarifikasi tentang proses pengambilan keputusan di Pertamina,” ujar Nicke kepada beberapa wartawan yang menantinya di luar. Kesungguhannya untuk menyampaikan kebenaran terlihat jelas saat dia memasuki ruang sidang.
Tindakan yang Diambil oleh Tersangka
Selama persidangan, jaksa penuntut mulai menggali lebih dalam mengenai tindakan yang diambil oleh para terdakwa, termasuk Riva Siahaan, yang merupakan Direktur Utama saat itu. Mereka berusaha untuk memahami bagaimana keputusan tentang harga dan distribusi minyak diambil, dan apakah ada kesepakatan yang merugikan negara.
“Bagaimana pengaruh keputusan dari terdakwa terhadap tata kelola minyak mentah tersebut?” tanya jaksa. Nicke menjawab, “Penetapan harga dan distribusi seharusnya dilakukan secara transparan dan berdasarkan analisis yang tepat. Namun, tantangan selalu ada, dan terkadang keputusan harus diambil sangat cepat.”
Dalam pernyataannya, dia menyebutkan bahwa semua keputusan harus melibatkan tim audit untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
Proses Pengambilan Keputusan di Pertamina
Nicke menjelaskan bahwa, sebagai mantan Direktur Utama, dia berupaya menerapkan prosedur yang ketat dalam semua aspek operasional Pertamina. “Setiap keputusan yang kami ambil selalu berdasarkan data yang valid dan analisis yang mendalam. Tim kami bekerja sama dengan para ahli untuk memastikan keberlanjutan usaha,” katanya.
Jaksa berfokus pada aspek-aspek tertentu dari keputusan tersebut, bertanya tentang siapa yang memiliki otoritas terakhir dalam membuat keputusan penting. “Kami memiliki struktur organisasi yang jelas, dan setiap orang memiliki tanggung jawab tersendiri. Namun, dalam situasi kritis, keputusan cepat mungkin diperlukan,” tambah Nicke.
Keterangannya terus memperjelas bagaimana setiap keputusan berkontribusi terhadap pengelolaan sumber daya negara yang sangat penting itu.
Audit dan Pengawasan Internal
Salah satu pertanyaan yang muncul adalah mengenai audit dan pengawasan internal di Pertamina. Nicke menegaskan bahwa tim audit memiliki peran penting dalam menjaga transparansi operasional. “Kami selalu melibatkan auditor eksternal untuk memastikan bahwa semua proses dijalankan dengan baik,” ujarnya.
Jaksa bertanya lebih lanjut tentang siapa yang bertanggung jawab dalam menjalankan audit tersebut. “Tim audit internal terdiri dari anggota yang telah ditunjuk dan kami pastikan mereka bekerja secara objektif,” sebutnya. Nicke menambahkan bahwa ketika audit mengungkapkan masalah, langkah-langkah korektif segera diambil.
Keterlibatan auditor independen diharapkan dapat menambah kepercayaan publik terhadap Pertamina, yang bagaimanapun juga merupakan perusahaan milik negara.
Dampak Terhadap Citra Pertamina
Sidang ini bukan hanya tentang menegakkan hukum, tetapi juga tentang menjaga citra Pertamina di mata publik. Nicke memahami bahwa reputasi perusahaan sangat tergantung pada bagaimana mereka menangani situasi krisis ini.
“Kepercayaan publik sangat penting bagi kami. Kami tidak bisa membiarkan kasus seperti ini merusak apa yang telah dibangun selama ini,” ungkapnya. Dia berharap bahwa kesaksiannya dapat membantu memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.
Pengacara dari terdakwa pun mengajukan pembelaan, menyatakan bahwa semua keputusan diambil berdasarkan pertimbangan strategis yang lebih luas. Ini membawa pada diskusi intelektual dalam ruang sidang tentang bagaimana bisnis seharusnya dijalankan.
Nikke Menghadapi Pertanyaan Kritis
Dalam sidang tersebut, jaksa tidak segan-segan mengajukan pertanyaan yang sifatnya lebih kritis. “Apakah Anda mengetahui praktik yang merugikan negara terkait harga minyak?” tanya jaksa. Nicke menegaskan, “Kami tidak pernah berupaya untuk merugikan negara. Semua keputusan diambil dengan niat baik.”
Meski demikian, dia mengakui bahwa ada banyak tantangan dalam menjalankan bisnis yang mencakup banyak kepentingan. “Kompleksitas dalam pengelolaan energi ini sering kali menuntut solusi yang cepat dan inovatif. Ini tidak selalu mudah.”
Kewajiban dan Tanggung Jawab Manajerial
Nicke menjelaskan bahwa tanggung jawab manajerial di Pertamina sangat besar. “Kami harus menjamin bahwa semua kebijakan yang diambil mendukung tujuan perusahaan dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku,” paparnya.
Jaksa juga meminta klarifikasi tentang bagaimana kebijakan ditetapkan dalam situasi darurat. “Kami memiliki strategi yang jelas. Jika ada kendala, kami segera mencari solusi dengan melibatkan seluruh tim mana yang relevan,” jawabnya.
Perbincangan ini menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Pertamina berusaha mengatasi situasi yang sulit.
Harapan untuk Proses Hukum
Nicke berharap bahwa proses hukum ini bisa berakhir dengan adil dan memberikan semua pihak kesempatan untuk menjelaskan diri. “Saya percaya bahwa keadilan akan terwujud, dan semua pihak harus bertanggung jawab atas tindakannya,” ucapnya.
Dengan pernyataan ini, Nicke menekankan pentingnya transparansi dan integritas dalam bisnis, terutama yang melibatkan sumber daya alam. Kepentingan negara dan masyarakat harus selalu diutamakan.
Melihat ke Depan
Sidang ini diharapkan menjadi momentum untuk perubahan di sektor energi Indonesia. Nicke percaya bahwa setiap orang di dalam industri ini memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pengelolaan sumber daya dilakukan dengan etis.
“Setiap keputusan yang diambil harus melalui pertimbangan yang matang dan berdasarkan pada transparansi. Kami perlu memastikan bahwa masa depan energi Indonesia lebih baik,” ungkapnya.
Dengan harapan besar, Nicke menyatakan bahwa dia siap untuk terus berkontribusi dalam industri energi, bahkan setelah masa jabatannya di Pertamina.
Melanjutkan Kesaksian
Proses sidang ini masih jauh dari kata selesai, dan Nicke siap memberikan kesaksian tambahan jika diperlukan. Pihak pengacara dari terdakwa juga merancang untuk menghadirkan saksi-saksi lain yang dapat memperkuat posisi mereka.
“Penting bagi kami untuk memastikan bahwa semua keterangan yang diberikan adalah objektif dan sesuai dengan kenyataan di lapangan,” kata salah satu pengacara terdakwa.
Penutup
Kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya integritas dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya. Penegakan hukum yang komprehensif dan transparansi diharapkan dapat mencegah praktik korupsi yang merugikan negara.
Dengan hadirnya Nicke Widyawati sebagai saksi, diharapkan bahwa proses hukum ini tidak hanya menghasilkan keadilan bagi semua yang terlibat, tetapi juga menjadi tonggak bagi tata kelola yang lebih baik di masa depan. Keterbukaan dalam proses ini adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina dan industri energi di Indonesia.”



















