Teh Jepang tidak bisa lepas dari bayangan matcha. Warna hijaunya yang pekat, teksturnya yang creamy, serta citra estetik membuat matcha jadi primadona di kafe mana pun. Namun, belakangan muncul nama lain yang mulai menantang popularitas matcha, yaitu hojicha. Warna cokelat kemerahan, aroma smoky, dan kesan hangat membuat hojicha jadi pilihan baru bagi penikmat teh.
Keduanya sebenarnya berasal dari pohon teh yang sama, hanya berbeda cara pengolahan. Tapi jangan salah, perbedaan proses ini menciptakan karakter rasa dan manfaat yang benar-benar berbeda. Mari kita bedah secara detail 6 perbedaan besar antara matcha dan hojicha yang wajib kamu tahu sebelum memilih mana yang lebih cocok untuk gaya hidupmu.
1. Nama dan Makna di Baliknya
Bahasa Jepang selalu punya filosofi dalam setiap kata. Matcha berasal dari “ma” yang berarti bubuk dan “cha” yang berarti teh, sehingga secara harfiah artinya adalah “teh bubuk”. Sementara itu, hojicha berasal dari kata kerja “hojiru” yang berarti memanggang, lalu berubah menjadi “hoji” dalam bentuk kata benda. Jadi, hojicha secara langsung bisa diterjemahkan sebagai “teh panggang”.
Nama keduanya langsung menggambarkan proses pembuatannya. Matcha dibuat dengan menggiling daun teh menjadi bubuk super halus, sedangkan hojicha dipanggang dengan suhu tinggi untuk menghasilkan rasa dan aroma khas.
2. Popularitas dan Sejarah
Matcha punya perjalanan panjang. Ia identik dengan upacara minum teh Jepang (chanoyu) yang sudah berlangsung ratusan tahun. Aura tradisi, eksklusivitas, dan spiritualitas membuat matcha mendapat tempat spesial di hati masyarakat Jepang hingga akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Tahun 2015 menjadi titik ledak global matcha, saat kafe modern mulai mengolahnya menjadi berbagai varian menu.
Sebaliknya, hojicha lahir dari inovasi sederhana. Pada tahun 1920-an di Kyoto, seorang pedagang teh mencoba memanggang daun dan batang teh sisa. Hasilnya mengejutkan: aroma smoky dengan rasa lembut yang berbeda dari teh hijau biasa. Dari situ, hojicha berkembang menjadi teh rakyat sehari-hari, sederhana tapi menenangkan.
3. Tampilan Visual
Kalau soal penampilan, matcha jelas lebih mencolok. Warna hijau cerahnya langsung menarik perhatian, cocok untuk latte, dessert, hingga es krim yang instagrammable. Tidak heran matcha jadi favorit konten estetik di media sosial.
Hojicha tampil lebih kalem dengan warna cokelat kemerahan. Sekilas mirip kopi, sehingga sering membuat orang salah sangka. Namun, justru kesederhanaan warnanya inilah yang memberi nuansa hangat dan cozy.
4. Kualitas Daun dan Proses Panen
Matcha dibuat dari daun teh berkualitas tinggi bernama Tencha. Sekitar 20 hari sebelum panen, tanaman teh ditutup dari sinar matahari. Hasilnya, daun menghasilkan klorofil melimpah sehingga warnanya hijau cerah dan kaya umami. Daun ini kemudian dikeringkan, dibuang uratnya, lalu digiling halus dengan batu tradisional.
Hojicha lebih fleksibel. Ia bisa berasal dari berbagai daun, bahkan batang dan ranting (kukicha). Setelah dipetik, daun dipanggang dalam wajan porselen di atas arang. Proses pemanggangan ini mengurangi kafein dan klorofil, sekaligus memberi warna cokelat serta aroma roasted yang khas.
5. Kandungan, Rasa, dan Aroma
- Matcha: Kaya L-theanine, memberi rasa umami yang gurih dengan sentuhan manis dan vegetal seperti rumput segar. Kafeinnya cukup tinggi (70–85 mg per cangkir), mirip kopi, tapi efeknya lebih stabil berkat kombinasi dengan L-theanine yang menenangkan.
- Hojicha: Kandungan kafein sangat rendah, hanya 7–10 mg per cangkir. Rasa lembut, smoky, dengan aroma karamel panggang yang menenangkan. Cocok diminum malam hari tanpa takut susah tidur.
6. Manfaat Kesehatan
Matcha sering disebut superfood karena kandungan antioksidan EGCG yang tinggi. Manfaatnya mencakup meningkatkan metabolisme, melawan radikal bebas, mendukung kesehatan jantung, sekaligus menjaga fokus dan mengurangi stres.
Hojicha mungkin kehilangan sebagian antioksidan akibat dipanggang, tapi tetap kaya polifenol. Kandungan rendah kafeinnya membuatnya ideal untuk relaksasi, membantu pencernaan, dan cocok bagi orang yang sensitif terhadap stimulan.
Mana yang Lebih Cocok Untukmu?
Kalau kamu butuh energi ekstra untuk fokus, matcha bisa jadi pilihan utama. Namun, kalau kamu mencari teman santai di malam hari, hojicha jauh lebih ramah. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya memberi pengalaman unik yang bisa melengkapi satu sama lain.
Budaya teh Jepang membuktikan satu hal: dari satu pohon teh, manusia bisa menemukan dua dunia berbeda. Matcha memberi semangat, hojicha memberi ketenangan. Jadi, mengapa tidak menikmati keduanya sesuai suasana hati?