KompasTekno – WhatsApp menjadi salah satu aplikasi komunikasi paling populer di dunia, dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan. Namun, kepopuleran ini ternyata juga dimanfaatkan para penipu. Baru-baru ini, Federal Bureau of Investigation (FBI) mengeluarkan peringatan serius mengenai modus penipuan baru yang memanfaatkan fitur berbagi layar (share screen) di aplikasi tersebut.
Peringatan ini tidak main-main, sebab kasus penipuan dengan teknik ini sudah menjamur di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, dan Indonesia. Dengan sekali akses ke layar, penjahat digital bisa mengetahui seluruh aktivitas korban, mulai dari kode OTP, isi chat pribadi, hingga detail perbankan.
Apa Itu Modus Share Screen Scam?
Fitur share screen WhatsApp sebenarnya dibuat untuk memudahkan pengguna, misalnya saat melakukan presentasi atau menunjukkan langkah teknis tertentu. Namun, penipu justru menjadikan fitur ini sebagai senjata baru.
Modus ini dikenal sebagai phantom hacker scam. Korban biasanya ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai petugas bank atau instansi resmi. Mereka menyampaikan bahwa akun korban sedang bermasalah atau disusupi peretas.
Setelah membuat korban panik, pelaku menyarankan agar uang dipindahkan ke “rekening aman”. Selanjutnya, mereka mengalihkan komunikasi ke WhatsApp dan meminta korban mengaktifkan fitur share screen.
Ketika layar sudah terbuka, pelaku bisa mengintip semua aktivitas korban. Cukup satu kesalahan, misalnya membuka aplikasi mobile banking atau memasukkan kode OTP, maka informasi sensitif itu bisa langsung disalahgunakan.
Kasus Nyata di Indonesia
Indonesia juga tidak luput dari serangan modus ini. Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, pernah hampir menjadi korban. Ia mendapat panggilan WhatsApp dari seseorang yang mengatasnamakan petugas kecamatan. Penipu tersebut meminta Arifin membuka fitur share screen dengan alasan aktivasi KTP Digital.
Untungnya, Arifin tidak terjebak. Ia menolak permintaan tersebut dan kemudian membagikan pengalaman ini di media sosial sebagai peringatan bagi masyarakat. “Jangan pernah memberikan data pribadi maupun akses WhatsApp ke orang yang tidak dikenal. Pastikan informasi hanya melalui kanal resmi,” ujarnya.
Kejadian ini menjadi bukti bahwa siapa pun bisa menjadi target, bahkan pejabat sekalipun.
Mengapa Modus Ini Sangat Berbahaya?
Menurut FBI, bahaya utama dari share screen scam adalah akses real-time. Penipu tidak perlu menunggu data dikirim. Mereka bisa langsung melihat aktivitas korban detik demi detik.
Risikonya meliputi:
- Kebocoran data pribadi seperti foto, chat, dan dokumen penting.
- Pengambilalihan akun media sosial maupun aplikasi perbankan.
- Pengurasan saldo rekening melalui transaksi instan.
- Penyalahgunaan identitas untuk melakukan penipuan lanjutan.
Dengan kata lain, korban bisa kehilangan lebih dari sekadar uang. Identitas digital mereka juga bisa hancur dalam sekejap.
Cara Melindungi Diri
Agar aman dari modus ini, FBI bersama pakar keamanan digital memberikan sejumlah tips praktis:
- Waspada panggilan mencurigakan. Jika ada yang mengaku dari bank atau instansi, selalu verifikasi lewat nomor resmi.
- Batasi penggunaan share screen. Gunakan hanya dengan orang yang benar-benar dipercaya.
- Aktifkan otentikasi dua faktor (2FA). Tambahan lapisan keamanan ini bisa memperlambat peretas.
- Rutin perbarui aplikasi dan sistem operasi. Update menutup celah keamanan yang bisa dimanfaatkan.
- Edukasi keluarga. Orang tua sering jadi target utama karena dianggap kurang paham teknologi.
- Segera hubungi bank jika terjadi kebocoran. Lakukan pemblokiran rekening untuk mencegah kerugian lebih lanjut.
- Laporkan ke polisi siber. Di Indonesia, laporan bisa dilakukan melalui kanal resmi Polri.
Hindari Langkah-Langkah Ini
Selain tips perlindungan, ada pula hal yang wajib dihindari:
- Jangan mudah panik saat ditekan penelepon.
- Jangan pernah mengaktifkan share screen saat membuka aplikasi finansial.
- Jangan terburu-buru mengikuti instruksi dari nomor asing.
- Jangan bagikan layar sama sekali ke orang yang tidak dikenal.
Kesimpulan
Kasus ini membuktikan bahwa dunia digital bukan hanya membawa manfaat, tetapi juga risiko besar. Modus share screen scam hanyalah salah satu contoh bagaimana teknologi bisa dipelintir oleh pihak tak bertanggung jawab.
FBI mengingatkan, satu kesalahan kecil bisa membuka jalan bagi penjahat untuk merampas seluruh data kita. Karena itu, jangan mudah percaya, tetap tenang, dan selalu periksa ulang identitas penelepon sebelum melakukan apa pun.
Pada akhirnya, keamanan digital bukan hanya soal aplikasi, tetapi soal kesadaran kita sebagai pengguna.